Jumat, 21 Maret 2014

Pengertian dan Perbedaan Berita Radio(Lisan) dengan Berita Cetak

Pengertian:
Radio(Berita Lisan)  :adalah media untuk didengar ,dalam menyampaikan pesan menggunakan bahasa, dan dapat didengar oleh seluruh masyarakat ,dan radio mempunyai sifat personal , serta mempunyai jangkauan yang luas,tetapi radio mempunyai waktu yang terbatas,maksudya radio mempunyai waktu yang ditentukan untuk menyampaikan berita,dan dalam radio berita tidak dapat diulang ,selain itu penyampaianya cepat dan langsung ,dan jika mendengarkan berita dalam radio dapat dinikmati sambil beraktivitas.

Surat kabar(Berita Cetak) : adalah media untuk dilihat atau dibaca. Dalam surat kabar penyampaian berita melalui tulisan dan sifatnya terbatas,serta bersifat kurang personal .dan surat kabar mempunyai ruang jangkauan terbatas.tetapi surat kabar mempunyai waktu yang lebih leluasa untuk masyarakat, serta berita nya dapat diulang –ulang  cara penyampaianya pun lama dan memerlukan perhatian khusus.

Perbedaan:
Berita cetak: -diolah dalam bentuk tulisan dan gambar diam (statis)
                    -berita dapat disajikan panjang lebar, dalam dan analitis
                    -bisa dibaca berulang kali jika pembaca tidak memahami suatu persoalan
                    -pemakaian istilah asing atau teknis dimungkinkan, sesuai target pembaca
                    -khalayaknya terbatas, khusus bagi mereka yang dapat membaca
                    -mudah didokumentasi
                    -terbatas ruang dan waktu
                    -distribusi terbatas

Berita radio:
disajikan kepada khalayak dalam bentuk suara (audio) yang dapat didengar melalui radio
selintas, saat itu juga. Tidak dapat ditunda!
lokal, kedekatan jarak menimbulkan kesan / dampak personal
membangun fantasi orang
media sekunder, bisa didengar sambil mengerjakan hal lain
pada berita radio, nama narasumber yang memberi pendapat harus disebutkan oleh reporter 
 pendengar tak perlu dapat membaca
                          disampaikan dengan bahasa tutur               

Pengertian dan Jenis-Jenis Puisi

Puisi adalah ungkapan perasaan atau pikiran penyairnya yang dirangkai menjadi suatu bentuk tulisan yang mengandung makna. 
Jenis-Jenis Puisi
Menurut zamannya, puisi dibedakan atas puisi lama dan puisi baru
 Puisi Lama
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Aturan- aturan itu antara lain :
Jumlah kata dalam 1 baris
Jumlah baris dalam 1 bait
Persajakan (rima)
Banyak suku kata tiap baris
Irama
Ciri puisi lama:
Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya.
Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan.
Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima.
Jenis-jenis puisi lama
Mantra adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib.
Contoh:
Assalammu’alaikum putri satulung besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu
Pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka.
Contoh:
Kalau ada jarum patah
Jangan dimasukkan ke dalam peti
Kalau ada kataku yang salah
Jangan dimasukkan ke dalam hati
Karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek.
Contoh:
Dahulu parang sekarang besi (a)
Dahulu sayang sekarang benci (a)
Seloka adalah pantun berkait.
Contoh:
Lurus jalan ke Payakumbuh,
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati tak kan rusuh,
Ibu mati bapak berjalan
Gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat.
Contoh:
Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Barangsiapa tinggalkan sembahyang (b)
Bagai rumah tiada bertiang (b)
Jika suami tiada berhati lurus (c)
Istri pun kelak menjadi kurus (c)
Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita.
Contoh:
Pada zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)
Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris.
Contoh:
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanak pun cari isi
Induk semang cari dahulu
Puisi Baru
Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.
Ciri-ciri Puisi Baru:
Bentuknya rapi, simetris;
Mempunyai persajakan akhir (yang teratur);
Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain;
Sebagian besar puisi empat seuntai;
Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar) : 4-5 suku kata.
Jenis-jenis Puisi Baru Menurut isinya, puisi dibedakan atas :
Balada adalah puisi berisi kisah/cerita. Balada jenis ini terdiri dari 3 (tiga) bait, masing-masing dengan 8 (delapan) larik dengan skema rima a-b-a-b-b-c-c-b. Kemudian skema rima berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. Larik terakhir dalam bait pertama digunakan sebagai refren dalam bait-bait berikutnya. Contoh: Puisi karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul “Balada Matinya Seorang Pemberontak”.
Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhantanah air, atau pahlawan. Ciri-cirinya adalah lagu pujian untuk menghormati seorang dewa, Tuhan, seorang pahlawan, tanah air, atau almamater (Pemandu di Dunia Sastra). Sekarang ini, pengertian himne menjadi berkembang. Himne diartikan sebagai puisi yang dinyanyikan, berisi pujian terhadap sesuatu yang dihormati (guru, pahlawan, dewa, Tuhan) yang bernapaskan ketuhanan.
Contoh:
Bahkan batu-batu yang keras dan bisu
Mengagungkan nama-Mu dengan cara sendiri
Menggeliat derita pada lekuk dan liku
bawah sayatan khianat dan dusta.
Dengan hikmat selalu kupandang patung-Mu
menitikkan darah dari tangan dan kaki
dari mahkota duri dan membulan paku
Yang dikarati oleh dosa manusia.
Tanpa luka-luka yang lebar terbuka
dunia kehilangan sumber kasih
Besarlah mereka yang dalam nestapa
mengenal-Mu tersalib di datam hati.
(Saini S.K)
Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa. Nada dan gayanya sangat resmi (metrumnya ketat), bernada anggun, membahas sesuatu yang mulia, bersifat menyanjung baik terhadap pribadi tertentu atau peristiwa umum.
Contoh:
Generasi Sekarang
Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
Generasi sekarang di panjang masa
Menciptakan kemegahan baru
Pantun keindahan Indonesia
Yang jadi kenang-kenangan
Pada zaman dalam dunia
(Asmara Hadi)
Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup. Epigram berasal dari Bahasa Yunani epigramma yang berarti unsur pengajaran; didaktik; nasihat membawa ke arah kebenaran untuk dijadikan pedoman, ikhtibar; ada teladan.
Contoh:
Hari ini tak ada tempat berdiri
Sikap lamban berarti mati
Siapa yang bergerak, merekalah yang di depan
Yang menunggu sejenak sekalipun pasti tergilas.
(Iqbal)
Romansa adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih. Berasal dari bahasa Perancis Romantique yang berarti keindahan perasaan; persoalan kasih sayang, rindu dendam, serta kasih mesra
Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan. Berisi sajak atau lagu yang mengungkapkan rasa duka atau keluh kesah karena sedih atau rindu, terutama karena kematian/kepergian seseorang.
Contoh:
Senja di Pelabuhan Kecil
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik. Berasal dari bahasa Latin Satura yang berarti sindiran; kecaman tajam terhadap sesuatu fenomena; tidak puas hati satu golongan (ke atas pemimpin yang pura-pura, rasuah, zalim etc)
Contoh:
Aku bertanya
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur jidat penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi
di sampingnya,
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan,
termangu-mangu dl kaki dewi kesenian.
Sedangkan macam-macam puisi baru dilihat dari bentuknya antara lain:
Distikon, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas dua baris (puisi dua seuntai).
Contoh:
Berkali kita gagal
Ulangi lagi dan cari akal
Berkali-kali kita jatuh
Kembali berdiri jangan mengeluh
Terzina, puisi yang tiap baitnya terdiri atas tiga baris (puisi tiga seuntai).
Contoh:
Dalam ribaan bahagia datang
Tersenyum bagai kencana
Mengharum bagai cendana
Dalam bah’gia cinta tiba melayang
Bersinar bagai matahari
Mewarna bagaikan sari
Kuatrain, puisi yang tiap baitnya terdiri atas empat baris (puisi empat seuntai).
Contoh :
Mendatang-datang jua
Kenangan masa lampau
Menghilang muncul jua
Yang dulu sinau silau
Membayang rupa jua
Adi kanda lama lalu
Membuat hati jua
Layu lipu rindu-sendu
Kuint, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas lima baris (puisi lima seuntai).
Hanya Kepada Tuan
Satu-satu perasaan
Hanya dapat saya katakan
Kepada tuan
Yang pernah merasakan
Satu-satu kegelisahan
Yang saya serahkan
Hanya dapat saya kisahkan
Kepada tuan
Yang pernah diresah gelisahkan
Satu-satu kenyataan
Yang bisa dirasakan
Hanya dapat saya nyatakan
Kepada tuan
Yang enggan menerima kenyataan
(Or. Mandank)
Sektet, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas enam baris (puisi enam seuntai).
Contoh:
Merindu Bagia
Jika hari’lah tengah malam
Angin berhenti dari bernapas
Sukma jiwaku rasa tenggelam
Dalam laut tidak terwatas
Menangis hati diiris sedih
(Ipih)
Septime, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas tujuh baris (tujuh seuntai).
Contoh:
Indonesia Tumpah Darahku
Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung gemunung bagus rupanya
Ditimpah air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya
Oktaf/Stanza, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas delapan baris (double kutrain atau puisi delapan seuntai).
Contoh:
Awan
Awan datang melayang perlahan
Serasa bermimpi, serasa berangan
Bertambah lama, lupa di diri
Bertambah halus akhirnya seri
Dan bentuk menjadi hilang
Dalam langit biru gemilang
Demikian jiwaku lenyap sekarang
Dalam kehidupan teguh tenang
Soneta, adalah puisi yang terdiri atas empat belas baris yang terbagi menjadi dua, dua bait pertama masing-masing empat baris dan dua bait kedua masing-masing tiga baris. Soneta berasal dari kata sonneto (Bahasa Italia) perubahan dari kata sono yang berarti suara. Jadi soneta adalah puisi yang bersuara. Di Indonesia, soneta masuk dari negeri Belanda diperkenalkan oleh Muhammad Yamin dan Roestam Effendi, karena itulah mereka berdualah yang dianggap sebagai ”Pelopor/Bapak Soneta Indonesia”. Bentuk soneta Indonesia tidak lagi tunduk pada syarat-syarat soneta Italia atau Inggris, tetapi lebih mempunyai kebebasan dalam segi isi maupun rimanya. Yang menjadi pegangan adalah jumlah barisnya (empat belas baris).
Contoh:
Gembala
Perasaan siapa ta ‘kan nyala ( a )
Melihat anak berelagu dendang ( b )
Seorang saja di tengah padang ( b )
Tiada berbaju buka kepala ( a )
Beginilah nasib anak gembala ( a )
Berteduh di bawah kayu nan rindang ( b )
Semenjak pagi meninggalkan kandang ( b )
Pulang ke rumah di senja kala ( a )
Jauh sedikit sesayup sampai ( a )
Terdengar olehku bunyi serunai ( a )
Melagukan alam nan molek permai ( a )
Wahai gembala di segara hijau ( c )
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau ( c )
Maulah aku menurutkan dikau ( c )
Puisi Kontemporer
Kata kontemporer secara umum bermakna masa kini sesuai dengan perkembangan zaman atau selalu menyesuaikan dengan perkembangan keadaan zaman. Selain itu, puisi kontemporer dapat diartikan sebagai puisi yang lahir dalam kurun waktu terakhir. Puisi kontemporer berusaha lari dari ikatan konvensional puisi iti sendiri. Puisi kontemporer seringkali memakai kata-kata yang kurang memperhatikan santun bahasa, memakai kata-kata makin kasar, ejekan, dan lain-lain. Pemakaian kata-kata simbolik atau lambing intuisi, gaya bahasa, irama, dan sebagainya dianggapnya tidak begitu penting lagi.
Tokoh-tokoh puisi kontemporer di Indonesia saat ini, yaitu sebagai berikut:
Sutardji Calzoum Bachri dengan tiga kumpulan puisinya O, Amuk, dan O Amuk Kapak
Ibrahim Sattah dengan kumpulan puisinya Hai Ti
Hamid Jabbar dengan kumpulan puisinya Wajah Kita
Puisi kontemporer dibedakan menjadi 3 yaitu
Puisi mantra adalah puisi yang mengambil sifat-sifat mantra. Sutardji Calzoum Bachri adalah orang yang pertama memperkenalkan puisi mantra dalam puisi kontemporer. Ciri-ciri mantra adalah:
Mantra bukanlah sesuatu yang dihadirkan untuk dipahami melainkan sesuatu yang disajikan untuk menimbulkan akibat tertentu
Mantra berfungsi sebagai penghubung manusia dengan dunia misteri
Mantra mengutamakan efek atau akibat berupa kemanjuran dan kemanjuran itu terletak pada perintah.
Contoh:
Shang Hai
ping di atas pong
pong di atas ping
ping ping bilang pong
pong pong bilang ping
mau pong? bilang ping
mau mau bilang pong
mau ping? bilang pong
mau mau bilang ping
ya pong ya ping
ya ping ya pong
tak ya pong tak ya ping
ya tak ping ya tak pong
sembilu jarakMu merancap nyaring
(Sutardji Calzoum Bachri dalam O Amuk Kapak, 1981)
Puisi mbeling adalah bentuk puisi yang tidak mengikuti aturan. Aturan puisi yang dimaksud ialah ketentuan-ketentuan yang umum berlaku dalam puisi. Puisi ini muncul pertama kali dalam majalah Aktuil yang menyediakan lembar khusus untuk menampung sajak, dan oleh pengasuhnya yaitu Remy Silado, lembar tersebut diberi nama "Puisi Mbeling". Kata-kata dalam puisi mbeling tidak perlu dipilih-pilih lagi. Dasar puisi mbeling adalah main-main. Ciri-ciri puisi mbeling adalah:
Mengutamakan unsur kelakar; pengarang memanfaatkan semua unsur puisi berupa bunyi, rima, irama, pilihan kata dan tipografi untuk mencapai efek kelakar tanpa ada maksud lain yang disembunyikan (tersirat).
Contoh:
Sajak Sikat Gigi
Seseorang lupa menggosok giginya sebelum tidur
Di dalam tidur ia bermimpi
Ada sikat gigi menggosok-gosok mulutnya supaya terbuka
Ketika ia bangun pagi hari
Sikat giginya tinggal sepotong
Sepotong yang hilang itu agaknya
Tersesat di dalam mimpinya dan tak bisa kembali
Dan ia berpendapat bahwa, kejadian itu terlalu berlebih-lebihan
(Yudhistira Ardi Nugraha dalam Sajak Sikat Gigi, 1974)
Menyampaikan kritik sosial terutama terhadap sistem perekonomian dan pemerintahan.
Menyampaikan ejekan kepada para penyair yang bersikap sungguh-sungguh terhadap puisi. Dalam hal ini, Taufik Ismail menyebut puisi mbeling dengan puisi yang mengkritik puisi.
Puisi konkret adalah puisi yang disusun dengan mengutamakan bentuk grafis berupa tata wajah hingga menyerupai gambar tertentu. Puisi seperti ini tidak sepenuhnya menggunakan bahasa sebagai media. Di dalam puisi konkret pada umumnya terdapat lambang-lambang yang diwujudkan dengan benda dan/atau gambar-gambar sebagai ungkapan ekspresi penyairnya.
Contoh:
Doktorandus Tikus I
selusin toga
me
nga
nga
seratus tikus berkampus
diatasnya
dosen dijerat
profesor diracun
kucing
kawin
dan bunting
dengan predikat
sangat memuaskan
(F.Rahardi dalam Soempah WTS, 1983)
Penyusunan puisi kontemporer sebagai puisi inkonvensional ternyata juga perlu memerhatikan beberapa unsur sebagai berikut:
Unsur bunyi; meliputi penempatan persamaan bunyi (rima) pada tempat-tempat tertentu untuk menghidupkan kesan dipadu dengan repetisi atau pengulangan-pengulangannya.
Tipografi; meliputi penyusunan baris-baris puisi berisi kata atau suku kata yang disusun sesuai dengan gambar (pola) tertentu.
Enjambemen; meliputi pemenggalan atau perpindahan baris puisi untuk menuju baris berikutnya.
Kelakar (parodi); meliputi penambahan unsur hiburan ringan sebagai pelengkap penyajian puisi yang pekat dan penuh perenungan (kontemplatif)

Blocking

Blocking adalah kedudukan tubuh pada saat di atas pentas.


Yang dimaksud dengan blocking yang baik adalah blocking tersebut harus seimbang, utuh, bervariasi dan memiliki titik pusat perhatian serta wajar.

a. Seimbang
Seimbang berarti kedudukan pemain, termasuk juga benda-benda yang ada diatas panggung (setting) tidak mengelompok di satu tempat, sehingga mengakibatkan adanya kesan berat sebelah. Jadi semua bagian panggung harus terwakili oleh pemain atau benda-benda yang ada di panggung. Penjelasan lebih lanjut mengenai keseimbangan panggung ini akan disampaikan pada bagian mengenai “Komposisi Pentas “.

b. Utuh
Utuh berarti blocking yang ditampilkan hendaknya merupakan suatu kesatuan. Semua penempatan dan gerak yang harus dilakukan harus saling menunjang dan tidak saling menutupi.

c. Bervariasi
Bervariasi artinya bahwa kedudukan pemain tidak disuatu tempat saja, melainkan membentuk komposisi-komposisi baru sehingga penonton tidak jenuh. Keadaan seorang pemain jangan sama dengan kedudukan pemain lainnya. Misalnya sama-sama berdiri, sama-sama jongkok, menghadap ke arah yang sama, dsb. Kecuali kalau memang dikehendaki oleh naskah.

d. Memiliki titik pusat
Memiliki titik pusat artinya setiap penampilan harus memiliki titik pusat perhatian. Hal ini penting artinya untuk memperkuat peranan lakon dan mempermudah penonton untuk melihat dimana sebenarnya titik pusat dari adegan yang sedang berlangsung. Antara pemain juga jangan saling mengacau sehingga akan mengaburkan di mana sebenarnya letak titik perhatian.

e. Wajar
Wajar artinya setiap penempatan pemain ataupun benda-benda haruslah tampak wajar, tidak dibuat-buat. Disamping itu setiap penempatan juga harus memiliki motivasi dan harus beralasan.

Rabu, 19 Maret 2014

Uniknya wisata di Pantai Merah

Pasir putih bersih biasanya selalu setia menghiasi setiap bibir pantai, tapi tidak dengan Pantai Merah di China. Pantai ini dipenuhi dengan rumput berwarna merah terang. Dari kejauhan, tampak seperti warna darah. Hii!
Pantai Merah terletak di delta Sungai Liaohe, sekitar 30 km barat daya Kota Panjin, China. Sesuai dengan namanya, pantai ini memang berwarna merah, bahkan mirip seperti warna darah.

Keunikan yang dimiliki Pantai Merah, sukses menyedot banyak perhatian wisatawan. Pantai ini pun menjadi salah satu lokasi favorit pelancong yang sedang liburan di China.

Saat pertama kali tiba di Pantai Merah, banyak turis yang dibuat terkejut olehnya. Warnanya yang merah seperti darah membuat ngeri setiap mata yang memandang, menutupi hampir 6.000 hektar tanah.

Kontras dengan pemandangan dari jauh, jika dilihat lebih dekat, ternyata warna merah darah ini lebih mirip dengan bentangan karpet raksasa. Ini berasal dari rumput yang tumbuh di pinggiran pantainya yaitu rumput sea-blite, seperti yang ditulis situs China Travel, Selasa (19/6/2012).

Ternyata, warna merah yang menutupi Pantai Merah tidak bisa Anda lihat setiap saat. Warna ini hanya bisa Anda lihat saat musim gugur tiba. Saat itu, rumput yang awalnya berwarna hijau berubah menjadi warna merah.
Jika ingin melihatnya langsung, hindari datang pada bulan April-Mei. Saat itu, rumput tidak berwarna merah, melainkan hijau. Kemudian, di atas lumpur yang mengelilingi pantai, rumput sea-blite akan berubah warna secara bertahap.
September, itulah waktu terbaik untuk menikmati hamparan karpet raksasa ini. Pada bulan itu, rumput mulai berubah warna menjadi merah terang, dan akhirnya menutup seluruh permukaan pantai.

Dari atas jembatan kayu, Anda bisa melihat pemandangan cantik ini lebih puas. Burung-burung yang mencari makan di antara rimbunnya rumput menjadi pemanis yang sempurna.

Ada sekitar 236 jenis burung yang menjadikan rumput ini sebagai habitatnya. Burung yang paling banyak ada di pantai ini adalah burung camar. Lepaskan pandangan lebih jauh lagi, ada sekelompok anjing laut yang asyik bermain di pinggir laut lepas.

Bagi para pecinta fotografi, jangan lewatkan kesempatan menyaksikan pemandangan menakjubkan ini. Keluarkan kamera Anda dan tangkap setiap momen cantik yang ada di tempat ini.

Untuk mencapai Pantai Merah dari Beijing, jaraknya yang ditempuh sekitar 550 km. Tak perlu kuatir jika membawa kendaraan sendiri. Ada banyak lahan parkir yang disediakan.

Wisata Gunung Fuji, Jepang

Fujiyama sendiri merupakan gabungan dari dua kata, yaitu Fuji dan Yama. Yama sendiri berarti gunung. Jadi, penyebutan gunung ini sebenarnya cukup Fujiyama saja, yang berarti Gunung Fuji. 
Gunung Fuji merupakan gunung tertinggi di Jepang. Diperkirakan, ketinggian gunung yang menjadi ikon negeri matahari terbit ini sekitar 3,776.24 m. Setiap tahun, Gunung Fuji menjadi tempat favorit para pendaki sekaligus sebagai tempat tujuan wisata. Setidaknya, terdapat sekitar 200.000 pengunjung, yang 30% di antaranya berasal dari mancanegara.

Bagi wisatawan yang berkunjung ke Jepang, tak lengkap rasanya jika tidak menginjakkan kaki di gunung ini, minimal berfoto dengan latar belakang Gunung Fuji. Ikon negeri matahari terbit ini terletak di perbatasan kota Shiuoka dan Yamanashi, sekitar 100 km sebelah barat kota Tokyo, ibukota negara Jepang. Selain itu, Gunung Fuji terletak dekat dengan pesisir Pasifik di pusat Honshu serta dikelilingi oleh tiga kota, yaitu Gotemba (timur), Fuji-Yoshida (utara), dan Fujinomiya (barat daya).
Bagi masyarakat Jepang, Gunung Fuji merupakan gunung keabadian. Mereka menyebutnya dengan “Fuji San”. Nah, di balik keindahan panorama Gunung Fuji, terdapat sebuah legenda menarik. Legenda ini bisa sahabat wisata muslim ikuti pada artikel berjudul Legenda Fujiyama, Sang Gunung Keabadian.
Bagi wisatawan, musim panas adalah musim favorit untuk mendaki Gunung Fujiyama. Hal ini disebabkan musim panas merupakan saat yang baik dan aman untuk mendaki. Pada musim panas, suhu di puncak gunung tidak terlalu dingin, yaitu sekitar 5 derajat celsius. Sementara mendekati musim gugur hingga semi, puncak Gunung Fujiyama masih diselimuti salju. Kondisi ini tentu akan terasa menyulitkan bagi orang biasa.
Pendakian ke puncak Gunung Fujiyama dilakukan bersama-sama. Biasanya, perjalanan dimulai sekitar pukul 10 malam waktu setempat. Sepanjang perjalanan, terdapat beberapa pos peristirahatan. Di sini, para pendaki bisa beristirahat sambil membeli camilan atau air minum untuk bekal di perjalanan.
Jika pendakian lancar, pengunjung akan sampai di puncak sekitar pukul tiga dini hari. Pengunjung bisa menikmati sarapan pagi berupa mi ramen yang dijual di kedai atau kios yang terletak di puncak Gunung Fujiyama. Tak hanya makanan, kios-kios ini juga menawarkan beragam souvenir.
Perjalanan menuju puncak gunung didominasi dengan pemandangan berupa tanah bebatuan. Jadi, tidak ditemukan adanya pepohonan. Di sepanjang jalan juga terpasang pagar tali sehingga orang awam pun tak perlu khawatir tersesat.
Aktivitas menunggu terbitnya matahari bisa dilakukan sejak pukul setengah lima pagi. Di sinilah para pendaki berkumpul untuk menyambut terbitnya matahari. Dengan kilaunya, matahari pagi mulai muncul dan menyapa pendaki sekitar pukul 05.00 waktu setempat. Inilah momen yang tidak akan pernah akan dirasakan selain dengan mendaki puncak Gunung Fujiyama. Hamparan awan yang ada di bawah terlihat seperti rawa-rawa yang sangat luas. Hal ini disebabkan puncak Gunung Fujiyama berada di atas awan.
Di puncak gunung terlihat sebuah kawah, tetapi tampak kering dan tidak terlihat adanya api atau asap. Meski memiliki kemungkinan kecil untuk meletus, status Gunung Fuji masih dikelompokkan dalam gunung aktif. 
Bagi penduduk Jepang yang menganut agama Shinto, gunung merupakan tempat yang sakral. Tak heran jika terdapat gerbang, Torii Gate, yang bisa dilihat di sepanjang perjalanan. Tori Gate ini sama seperti yang ada di kuil. Di pilarnya kita bisa menemukan semacam koin yang tertancap sampai setengah bagian.
Sahabat wisata muslim, ada sebuah fenomena alam yang tidak semua pengunjung bisa mendapatkan atau melihatnya. Fenomena itu berupa sungai yang mengalir dari puncak Gunung Fuji. Sebuah stasiun TV pernah membahas tentang adanya sungai di Gunung Fuji ini. Namun, beberapa orang yang pernah mendaki ke gunung tersebut mengaku tidak menjumpainya.
Fenomena adanya sungai ini sangat dimungkinkan sebab selama tiga musim puncak Gunung Fuji selalu ditutupi salju. Pada saat musim panas, salju pun mulai mencair dan mengalir sehingga membentuk aliran sungai yang tidak permanen. Bahkan, jika beruntung, pendaki bisa menemukan salju meskipun hanya sedikit.
Gunung Fuji memang indah. Terlebih jika dipadu dengan suasana alam di mana wisatawan berpose. Jika musim bunga sakura tiba, pemandangan berlatar belakang bunga sakura dan Gunung Fuji akan terlihat sangat indah. Panorama Gunung Fuji juga bisa dilihat dari dalam kereta super cepat. Kereta yang akan membawa penumpangnya dari Yokohama menuju Shizuoka.

Senin, 17 Maret 2014

KD 10.2 Membawakan Acara dengan Bahasa yang Baik, Benar, dan Santun

Membawakan acara adalah menyampaikan susunan acara kepada peserta atau hadirin yang mengikuti acara. Sedangkan pembawa acara adalah orang yang membawakan narasi atau informasi dalam suatu acara atau kegiatan, ataupun dalam acara televisi, radio, dan film.
Cara membawakan acara yang baik :

  1. Menggunakan bahasa yang santun dan komunikasi.
  2. Mengucapkan salam, ucapan terima kasih, serta sopan dan tepat.
  3. Menyampaikan acara sesuai urutan acara yang benar.
  4. Menumbuhkan kesan berkomunikasi dengan hadirin atau peserta.
  5. Menerapkan intonasi dan artikulasi yang tepat.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam membawakan acara :

  1. Pakailah busana sesuai dengan acara yang dibawakan.
  2. Datanglah tigapuluh menit sebelum acara dimulai.
  3. Perhatikan tamu undangan penting yang hadir.
  4. Pandanglah hadirin yang wajar.
  5. Bacalah acara dengan cara bervariasi.
  6. Coretlah dengan pulpen acara yang sudah dibaca.
  7. Gunakan bahasa sesuai dengan tingkat pengetahuan peserta.


KD 16.2 Menulis Puisi Bebas dengan Memperhatikan Persajakan dan Tata Tulis Puisi


Sastra adalah gubahan karya sastra yang sangat mementingkan keselarasan bunyi bahasa, baik kesepadanan bunyi, kekontrasan, maupun kesamaan.
Rima adalah pengulangan bunyi yang berselang, baik di dalam larik sajak maupun pada akhir larik sajak yang berdekatan.

MACAM-MACAM RIMA:
1. RIMA BERDASARKAN BUNYI
1.1. Rima Sempurna
Seluruh suku akhirnya berirama sama. Contoh :
ma – lang
ma – ti
pa – lang
ha – ti
1.2. Rima Tak Sempurna
Hanya sebagian suku akhir yang sama. Contoh :
pu – lang
pa – gi
tu – kang
ha – ri
1.3. Rima Mutlak
Seluruh kata berima. Contoh :
Mendatang-datang jua
Kenangan masa lampau
Menghilang muncul jua
Yang dulu sinau-silau
Kata jua yang diulang dua kali pada tempat yang sama itu berima mutlak.
1.4. Rima Terbuka
Yang berima adalah suku akhir suku terbuka dengan vokal yang sama. Contoh:
bu – ka
ba – tu
mu – ka
pa – lu
1.5. Rima Tertutup
Yang berima itu suku akhir suku tertutup dengan vokal yang diikuti konsonan yang sama. Contoh :
hi – lang
su – sut
ma – lang
ta – kut
1.6. Rima Aliterasi
Yang berima adalah bunyi-bunyi awal pada tiuap-tiap kata yang sebaris, maupun pada baris-baris berlainan.
Contoh :
Bukan beta bijak berperi
Pandai mengubah madahan syair
Bunyi b pada kata-kata dalam baris pertama bait puisi di atas disebut rima aliterasi.
1.7. Rima Asonansi
Yang berima adalah vokal-vokal yang menjadi rangka kata-kata, baik pada satu baris maupun pada baris
baris berlainan. Contoh :
se – cu – pak
tum – bang
se – cu – kat
mun – dam
Yang disebut asonansi ialah vokal-vokal e – u – a dan u – a pada kata-kata tersebut di atas.
1.8. Rima Disonansi
Rima ini adalah vokal-vokal yang menjadi rangka kata-kata seperti pada asonansi tetapi memberikan kesan
bunyi-bunyi yang berlawanan. Contoh :
Tin – dak tan – duk ( i– a / a – u )
Mon – dar man – dir ( o – a / a – i )
2. BERDASARKAN LETAK KATA-KATA DALAM BARIS
2.1. Rima Awal
Apabila kata-kata yang berima terdapat pada awal-awal kata. Contoh :
Pemuda kaulah harapan bangsa
Pemuda jangan suka berpangku tangan
2.2. Rima Tengah
Apabila kata-kata yang berima terletak di tengah. Contoh :
Pemuda kaulah harapan bangsa
Pemudi kaulah harapan negeri
2.3. Rima Akhir
Apabila kata-kata yang berima terletak pada akhir. Bentuk ini banyak digunakan dalam bentuk Pantun, Syair
dan Gurindam. Contoh :
Tolong – menolong umpama jari
Bantu membantu setiap hari
Bekerja selalu berlima diri
Itulah misal Tuhan memberi
2.4. Rima Tegak
Apabila kata-kata yang berima terdapat pada baris-baris yang berlainan. Contoh :
Terlipat
Terikat
Engkau mencari
Terang matahari
Melambai
Melombai
Engkau beringin
Digerak angin
Terhibur
Terlipur
Engkau bermalam
Di tepi kolam
(J.E. Tatengkeng)
2.5. Rima Datar
Apabila rima kata-kata yang berima itu terdapat pada baris yang sama. Contoh :
Air mengalir menghilir sungai
(bunyi ir pada akhir ketiga kata)
2.6. Rima Sejajar
Apabila sepatah kata dipakai berulang-ulang dalam kalimat yang beruntun. Contoh :
Dapat sama laba
Cicir sama rugi
Bukit sama didaki
Lurah sama dituruni
Berat sama dipikul
Ringan sama dijinjing
Terapung sama hanyut
Terendam sama basah.
2.7. Rima Berpeluk (Rima Berpaut)
Apabila umpamanya baris pertama berima dengan baris keempat, baris kedua berima dengan baris ketiga.
Rima ini terletak pada bentuk Soneta dengan rima a – b – b – a. Contoh :
Perasaan siapa ta’kan nyala ( a )
Melihat anak berlagu dendang ( b )
Seorang sajak di tepi padang ( b )
Tiada berbaju buka kepala ( a )
2.8. Rima Bersilang (Rima Salib)
Rima yang letaknya berselang-selang. Misalnya baris pertama berima dengan baris ketiga, dan baris kedua
berima dengan baris keempat. Rima ini dapat kita jumpai dalam bentuk Pantun yang berrumus a – b – a – b.
Contoh :
Burung nuri burung dara ( a )
Terbang ke sisi taman kayangan ( b )
Karangan janggal banyak tak kena ( a )
Daripada paham belum sempurna ( b )
2.9. Rima Rangkai
Apabila kata-kata yang berima terdapat pada kalimat-kalimat yang beruntun. Bentuk ini dapat kita jumpai
dalam bentuk syair dengan rumusnya a – a – a – a ; b – b – b –b. Contoh :
Hatiku rindu bukan kepalang ( a )
Dendam berahi berulang-ulang ( a )
Air mata bercucuran selang menyelang ( a )
Mengenangkan adik kekasih abang ( a )
Diriku lemah anggotaku layu ( b )
Rasakan cinta bertalu-talu ( b )
Kalau begini datanglah selalu ( b )
Tentulah kanda berpulang dahulu ( b )
2.10. Rima Kembar
Apabila kalimat yang beruntun dua-dua berima sama. Misalnya dengan abjad a – a – b – b atau c – c – d –
d – e – e dan seterusnya. Contoh :
Sedikitpun matamu tak berkerling ( a )
Memandang ibumu sakit berguling ( a )
Air matamu tak bercucuran ( b )
Tinggalkan ibumu tak penghiburan ( b )
( J. E. Tatengkeng)
2.11. Rima Patah
Apabila dalam bait-bait puisi ada kata yang tidak berima sedangkan kata-kata lain pada tempat yang sama
di baris-baris lain memilikinya. Rumus rima patah adalah a – a – b – a atau b – c – b – b. Contoh :
Beli baju ke pasar Minggu ( a )
Jangan lupa beli duku ( a )
Beli kemeja ke pasar Senen ( b )
Jangan lupa ajaklah daku ( a )
Beli kemeja ke pasar Senen ( b )
Jangan lupa membesi dasi ( c )
Jangan suka jajan permen ( b )
Lebih baik dibelikan semen ( b )
2.12. Rima Merdeka
Tidak ada yang bersajak. Contoh :
Hanya sebuah bintang ( a )
Kelip kemilau ( b )
Tercapak di langit ( c )
Tidak berteman ( d )
(Aoh Kartadimadja)
3. RIMA MENURUT RUPANYA
Rima rupa hanya terdapat pada puisi-puisi Melayu Klasik yang ditulis dengan huruf Arab – Melayu. Tulisan (
bentuknya ) tampak sama, tetapi bunyinya berbeda. Contoh:
1. Tulisan kata ramai dengan rami.
2. Tulisan kata lampau dengan lampu.
Untuk lebih jelasnya, marilah kita lihat contoh berikut ini.
1. Kota Jakarta yang berpenduduk hampir tujuh juta orang itu sangat ramai.
2. Pada masa lampau kehidupan masyarakat masih sederhana.
Kata ramai tentu saja tidak dibaca rami, melainkan ramai, dan kata lampau tidak dibaca lampu melainkan
lampau.